Arsitektur
Kuno dan Asing dalam Rumah Tradisional
Salah satu tradisi
arsitektur kuno yang dimiliki oleh Indonesia yang masih bertahan adalah rumah
dengan mampresentasikan perpaduan
arsitektur kuno dan arsitektur asing. Kategori rumah dengan arsitektur ini
mempunyai banyak contoh di mana karakter arsiutektur yang sulit dikenali.
Perpaduan ini terbentuk dari arsitektur Austronesia kuno dangan arsitektur
Hindu Budha, Islam, China, dan colonial Belanda yang menghasilkan berbagai
bentuk percampuran yang memiliki karakter identitas yang berbeda-beda. Bentuk
percampuran rumah tradisional ini biasanya mempunyai julukan nama khusus
seperti tipe rumah tradisional Melayu. Sebenarnya beberapa rumah tradisional
ini akan terlihat sama dengan bangunan yang dibangun dengan arsitektur kuno
Austronesia namun beberpa bagian telah sulit dipahami akarnya.
Arsitektur Kuno dan Asing dalam Rumah Tradisional |
Arsitektur Kuno dan Asing dalam Rumah Tradisional |
Arsitektur Kuno dan Asing dalam Rumah Tradisional |
Rumah Aceh dan Gayo
Rumah tradisional
masyarakat Aceh merupakan salah satu contoh perpaduan arsitektur kuno dan arsitektur asing yaitu percampuran
arsiektur Austronesia kuno dengan elemen bangunan masyarakat Melayu. Rumah
tradisional ini biasanya dihuni oleh keluarga inti dan dipakai oleh keluarga
besar dengan waktu yang relative pendek. Bentuk luar rumah ini biasanya
berbentuk Austronesia yang berstruktur tegak berup tiang kayu, lantai yang
ditinggali sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap pelana meruncing tinggi.
Keistemewaan dari rumah tersebut adalah perpanjangan jurai atap dan dinding
sisi atap atau penahan angin yang berdekorasi padat dengan bentuk geometric.
Pembagian ruang dalam sama seperti dengan rumah melayu, lantai yang berbeda
dengan ketinggian berbeda pula diatur dengan berurutan. Bagian paling penting
adalah ruang tidur yang berlokasi di tengah-tengah rumah dan berada di lantai
paling tinggi.
Rumah tradisional berikutnya
yang merupakan perpaduan antara
arsitektur kuno dengan arsitektur asing adalah rumah tradisional masyarakat
Gayo yang menetap di daerah pedalaman pegunungan yang cenderung terisolasi dan
mempunyi denah rumah yang sama seperti rumah masyarakat Aceh. Ruang tengah
biasanya terdiri atas beberapa ruang tidur yang dibatasi dengan galeri di muka
dan belakang, sebagian untuk laki-laki dan sebagian yang lain untuk perempuan.
Rumah tradisional
dibangun berdasarkan bangunan berarsitektur Melayu umumnya juga dijumpai di
daerah lain di Indonesia. Contoh lainya adalah rumah tradisional masyarakat
Minahasa di Sulawesi Utara dan juga masyarakat di area pantai di Kalimantan.
Selain itu rumah tradisional masyrakat Bugis yang berada di Sulawesi Selatan
juga mirip dengan bangunan arsitektur Melayu ketimbang dengan rumah tongkonan
dari masyarakat Toraja. Rumah utama tersusun dari ruang kegiatan berbentuk
kotak yang ditopang dengan struktur tiang dan blandar, namun dekorasi atap
berbetuk silang menyimbolkan tanduk kerbau dengan atap yang terdiri atas tiga
bentuk yaitu lurus, bundar, dan pelana.
No comments:
Post a Comment