Arsitektur
Kolonial yang Menjelajah Asia
Arsitektur
colonial di Indonesia hingga detik ini masih bisa ditemuai
diberbagai penjuru kota-kota di Indonesia. Benua asia merupakan sebuah benua
yang sangat besar dengan ekspresi arsitektur yang kaya dan perpaduan yang
mempesona antara budaya dan gaya hidup. Tempat berkembangnya unsure-unsur kuno
dan modern ditambah dengan unsure-unsur Asia itu sendiri dan non-Asia yang
telah bercampur selama berabad-abad. Wilayah yang paling signifikan untuk
membangun arsitektur dengan unsure-unsur perpaduan tersebut adalah Indonesia.
Sebab Indonesia memiliki lokasi dan keterbukaannya sebagai sebuah Negara
kepulauan dan juga telah lama menjadi tempat pertukaran dan persilangan antara
berbagai budaya dan peradaban.
Arsitektur
colonial
Arsitektur
colonial merupakan sebuah istilah atau pernyataan yang tidak
dapat dijabarkan menggunkan definisi yang sederhana dan mapan. Arsitektur ini
bisa mengacu pada karya-karya arsitektur dari masa silam, bangunan di
koloni-koloni Barat yang telah merdeka bertahun-tahun yang lalu, atau mungkin
hanya sebuah fitur arsitektur yang dikatakan sebagai pengembangan proyek ketika
mereka mengklaim rumah-rumah bergaya colonial. Banyak peneliti yang mengatakan
bahwa arsitek-arsitek di mantan Negara jajahan yang baru saja medeka terus
membuat karya arsitektur mirip colonial. Jadi pendek kata makna istilah
arsitektur colonial barangkali bisa berlipat ganda dan bermacam-macam.
Arsitektur Kolonial |
Arsitektur Kolonial |
Sesudah pendirian VOC
pada tahun 1602 kehadiran orang Belanda di Indonesia mulai berkembang secara
nyata. Tampaknya untuk memudahkan kontak dengan masyarakat setempat mereka
mendirikan pos-pos perdagangan antara lain sepanjang pesisir India, Sri Langka,
Malaysia, dan Maluku. Selama periode awal pendudukan VOC keperluan akomodasi
mereka sederhana dan juga pragmatis. Pos-pos perdagangan yang dilindungi
benteng dibangun sesuai dengan aturan-aturan arsitektur militer. Selain ruang
bangunan yang memadai bagi para pedagang, mereka pun membangun gudang-gudang
untuk menyimpan barang dagangan, gereja, rumah sakit, dan juga pemondokan untuk
para serdadu dan persedian senjata.
Tempat seperti ini
merupakan sebuah kota kecil Eropa yang sangat terorganisasi dalam setting Asia
yang sangat kental. Pilihan terakhir untuk lokasi pemukiman bergantung pada
karakteristik lingkungan yang dominan dan pengamatan yang cermat terhadap
kondisi-kondisi strategis serta fungsional misalnya kedekatan dengan sungai,
dengan pelabuhan, dengan pusat pemerintahan, atau dengan komunitas perdagangan.
Sejalan dengan pertumbuhan kekuasaan VOC menganggap perlu memiliki sebuah
pelabuhan besar dengan fasilitas manajemen terpusat, fasilitas gudang
penyimpanan, dan koordinasi armada mereka.
No comments:
Post a Comment