Pencarian
Identitas Indonesia Kontemporer
Bagian terakhir dari
perkembangan arsitektur di Indonesia adalah arsitektur modern yang merupakan tahap pencarian identitas
Indonesia kontemporer. Asia merupakan sebuah benua yang sangat besar dengan
ekspresi arsitektur yang kaya dan perpaduan yang mempesona antara budaya dan
gaya hidup. Tempat berkembangnya unsure-unsur kuno dan modern ditambah dengan
unsure-unsur Asia itu sendiri dan non-Asia yang telah bercampur selama
berabad-abad. Wilayah yang paling signifikan untuk membangun arsitektur dengan
unsure-unsur perpaduan tersebut adalah Indonesia. Sebab Indonesia memiliki
lokasi dan keterbukaannya sebagai sebuah Negara kepulauan dan juga telah lama
menjadi tempat pertukaran dan persilangan antara berbagai budaya dan peradaban.
Arsitektur
modern berkembang antara tahun 1930 hingga tahun 1950
dengan ditandai oleh depresi ekonomi dunia, resesi besar-besaran dan diikuti
dnegan perang di kawasan Eropa dan Asia Pasifik. Semua hal tadi menyebabkan
terhentinya pembangunan juga proses akademik dan eksperimen arsitektur yang
mulai berkembnag subur di Indonesia. Akibatnya perkembangan arsitektur dan juga
pembangunan fisik di Indonesia jadi terhambat.
Saat tahun 1950
merupakan masa renainsans dalam pendidikan arsitektur dan dalam pembangunan
kembali profesi arsitektur di Indonesia. Pada awal tahun 1950 Departemen
Bangunan dibuka sebagai bagian dari Fakultas Ilmu Teknik Universitas Indonesia
di Bandung. Sekolah arsitektur negeri pertama di Indonesia ketika merdeka
diubah menjadi ITB (Institut Teknologi Bandung). Pada tahun 1960 pendidikan
arsitektur swasta pertama didirikan di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR)
dibuka sebagai bagian dari fakultas teknik.
Masa antara 1960 hingga
1965 merupakan perkembangan arsitektur
modern ditandai oleh dominasi oleh politik pembangunan karakter bangsa di
bawah Sukarno dengan proyek-proyek raksasa nasional seperti hotel, toko
serbaada, perkantoran, masjid, monument, jembatan laying, pusat olahraga,
hingga pusat rekreasi yang didominasi oleh bangunan-bnagunan bergaya
internasional pascaperang dan gaya sosialis dengan biaya dari pampasan perang
Jepang. Gaya-gaya tersebut diperkenalkan oleh arsitek-arsitek yang belajar di
luar negeri. Ideology modernisme, fungsionalisme, dan juga reduksionisme sangat
berpengaruh terhadap pendidikan arsitektur, perencanaan dan perancangan tata
kota, serta praktik arsitektur.
Pada masa pemerintahan
Soeharto arsitektur modern ditandai
oleh gedung-gedung tinggi gaya korporasi dari beton, baja dan kaca mendominasi kawasan
bisnis Jakarta walau semuanya perpunggungan dengan perkampungan atau hunian
kota yang padat, rendah dan juga kumuh. Sejak awal tahun 1970, proyek-proyek
pembangun perkotaan skala besar telah dibangun di ibu kota seperti Ancol,
Kroket, Senen, Grogol. Namun blok-blok baru yang fungsional itu tumpang tindih
dengan bangunan-bangunan lama bahkan memusnahkan banyak bangunan bersejarah.
No comments:
Post a Comment