Indahnya
Arsitektur Luar Benteng
Arsitektur
colonial luar benteng di Indonesia hingga detik ini masih
bisa ditemuai diberbagai penjuru kota-kota di Indonesia. Benua asia merupakan
sebuah benua yang sangat besar dengan ekspresi arsitektur yang kaya dan perpaduan
yang mempesona antara budaya dan gaya hidup. Tempat berkembangnya unsure-unsur
kuno dan modern ditambah dengan unsure-unsur Asia itu sendiri dan non-Asia yang
telah bercampur selama berabad-abad. Wilayah yang paling signifikan untuk
membangun arsitektur dengan unsure-unsur perpaduan tersebut adalah Indonesia.
Sebab Indonesia memiliki lokasi dan keterbukaannya sebagai sebuah Negara
kepulauan dan juga telah lama menjadi tempat pertukaran dan persilangan antara
berbagai budaya dan peradaban.
Arsitektur Luar Benteng |
Arsitektur Luar Benteng |
Arsitektur Luar Benteng |
Begitu
pula di Indonesia, arsitektur colonial masuk ke Indonesia ketika VOC mulai
menduduki beberapa tempat di kepulauan Indonesia. Salah satu wilayah yang telah
diduduki oleh VOC adalah Batavia. Di Batavia perkembangan arsitektur colonial
tergolong cepat dengan konsekuensi yang cukup besar yaitu penduduk pribumi asli
mulai terpinggirkan dan mereka mulai membangun di luar benteng VOC namun tetap
menerapkan arsitektur colonial. Bangunan-bangunan itu sering disebut sebagai arsitektur Kolonial luar benteng.
Pada
paro kedua abad ke-17, VOC sudah mapan maka aman bagi mereka untuk berada di
luar benteng. Orang-orang Batavia menemukan bahwa lingkungan di luar benteng
ternyata kaya, jadi mereka yang lebih mampu tergoda untuk bercocok taman dengan
membuat kebun-kebun di sekitar di luar dinding benteng kota Batavia. Sebutan
‘kebun’ sesungguhnya kurang tepat karena yang dibuat oleh arsitek Belanda pada
masa itu menunjukan arsitektur lanskap yang nyata, lengkap dengan kolam,
patung-patung, dan pahatan-pahatan. Juga terdapat pepohonan, semak-semak dengan
rumah kebun yang berada di tengah-tengahnya. Awalnya kebun-kebun tersebut masih
sedikit namun tidak lama kemudian rumah-rumah peristirahatan yeng sesungguhnya
mulai dibangun. Transformasi ini berlanjut sampai abad ke-16. Pemilik rumah
peristirahatan tersebut biasanya tinggal di sana sepanjang tahun namun tetap
banyak yang mempunyai rumah di kota lama Batavia.
Dengan
makin banyaknya tanah yang tersedia ditambah dengan alam jawa yang sebamewah,
pangaruh terhadap arsitektur colonial luar
benteng atau rumah peristirahat besar sekali. Bagaimanapun sebagian orang
yang masih membangun rumah dengan gaya Eropa kaku pun bisa merasakan nikmat
dengan tampilan baroque dan rococo berkat kondisi tropis yang nyaman. Rumah
mantan Gubernur Jendral Reinier de Klerk yang dibangun pada tahun 1760 di
Molevlientsche dijk (Jalan Gadjah Mada) merupakan salah satu contohnya.
No comments:
Post a Comment