Diaspora
China dan Kota Kosmopolitan Awal
Arsitektur
diaspora China merupakaan awal dari terbentuknya
kota-kota cosmopolitan di Indonesia. Komunitas China telah bermukim di
Indonesia sejak dibukanya perdagangan laun tantara China dan India pada abad
kedua Masehi. Kawasan pesisir di Asia Tenggara adalalah tempat terawal di mana
kota-kota baru muncul sebagai hasil jaringan perdagangan internasional.
Kapal-kapal China berhenti untuk berdagang dan memdapatkan suplai makanan dari
penduduk asli. Komunitas Tamil dari India membentuk sejumlah pemukiman di
pantai barat semenanjung Malaya untuk mencari emas.
Pelayaran Laksamana
Zheng He dari Dinasti Ming ke wilayah Asia Tenggara dan Samudra Hindia
meninggalkan jejak nyata sepanjang wilayah pesisir di Asia Tenggara dalam
bentuk pangkalan dagang dan koloni China yang terintregrasi baik dengan
morfologi permukiman tepi pantai yang telah dibentuk sebelumnya. Pemukiman
tersebut lalu tmbuh mejadi entrepot yang maju yang disebbakan oleh jejaring dan
aktivitas perdagangan laut internasional.
Diaspora China dan Kota Kosmopolitan Awal |
Arsitektur
diaspora China membagi kota menjadi dua inti yaitu
pemukiman asli dan juga pemukiman pendatang. Dua pemukiman tersebut dihubungkan
oleh pasar utama yang berada di dekat pelabuhan atau galangan kapal. Pasar
merupakan tempat bertemunya beragam pemukim dan menjadi jantung kota.
Masyarakat asli berbaur dengan para pendatang, dan disanalah terjadinya
tukar-menukar barang dengan karakter cosmopolitannya. Setiap kelompok pemukim
mempertahankan dan memelihara identitas dan sistem kepercayaan mereka dan pada
saat yang sama penyilangan identitas secara komunal mulai terbentuk.
Sekitar tahun 1433 para
pendatang China berlayar ke Asia Tenggara dengan kapal. Setiap kapal membawa
serta tempat suci yang didedikasikan khusus kepada Dewa Mazu. Begitu tiba
disuatu tempat para pemumpang kapal meminta para penduduk local untuk berkumpul
dan membentuk suatu pemukiman dan mempreteli seluruh kapal untuk membangun
sebuah pemukiman. Struktur special pemukiman ini adalah rekontruksi pola
kosmologi geometri kapal dan menempatkan Kuil Mazu di ujung poros menghadap
pelabuhan dan dua tiang di depan kuil. Kuil ini dihuni oleh patung Mazu yang
melindungi para imigran China selama pelayaran berbahaya di laut China selatan.
Kuil Mazu merupakan elemen pertama dan tertua di banyak kota-kota pelabuhan di
pesisir Asia Tenggara.
Pada periode berikutnya
arsitektur diaspora China lainya
yang populer di kalangan masyarakat China Selatan juga akan muncul pada
pemukiman yang telah meluas, diikuti masyarakat Tao dan Budha yang mengubah
kelenteng vernacular yang telah ada tau membangun kelenteng dan biara baru lalu
kemudian diikuti oleh pada penganut Kong Hu Chu. Penyilangan dan proses yang
berlapis-lapis pada kelentang karena bercampurnya beragam elemen dari sistem
kepercayaan dan budaya yang berbeda.
No comments:
Post a Comment