Rumah dan Lingkungan Sekitar Abad
Ke-20
Pasar
perumahan untuk kaum elit colonial
(kebanyakan orang Eropa) pada awal abad kedua puluh dicirikan dengan laku
kerasnya semua tipe rumah yang ditawarkan. Kota-kota colonial tumbuh dengan
cepat, akibatnya lahan di kawasan-kawasan yang dianggap paling nyaman menjadi
sangat terbatas dan makin lama rumah menjadi lebih kecil tetapi lebih mahal.
Akhiurnya pemerintah merasa perlu mendirikan jawatan perencanaan kota yang
bertugas mengawasi penerapan peraturan-peraturan bangunan. Di daerah-daerah
perluasan kota baru, orang bisa membanguan rumah dengan pekarangan luas dan
karena kendaraan bermotor sudah tersedia mareka tidak keberatan meski harus
menempuh perjalanan yang jauh ke pusat kota.
Kawasan-kawasan
kota baru dikhususkan untuk membangun perumhan
untuk kaum elit colonial makin lama makin mencerminkan konsep dan atmosfer
taman kota di Belanda. Sebuah era baru eklektisisme arsitektur dimulai dengan
vila-vila yang dibangun menggunakan gaya-gaya yang romantic dan menawan.
Bagaimanapun periode manerisme arsitektur dan imitasi di sekitar pergantian
abad ini, dengan vila Belanda sebagai acuan tidak akan berlangsung lama.
Rumah dan Lingkungan Sekitar Abad Ke-20 |
Rumah dan Lingkungan Sekitar Abad Ke-20 |
Rumah dan Lingkungan Sekitar Abad Ke-20 |
Rumah dan Lingkungan Sekitar Abad Ke-20 |
Sekitar
Perang Dunia Pertama sebuah tipe vila colonial muncul dengan arsitektur yang
modern dan disesuaikan dengan tuntutan untuk hidup nyaman di daerah beriklim
tropis. Alih-alih mengacu ke Eropa denah lantai rumah ini disesuaikan dengan
tradisi Indo-Eropa yang sudah ada. Seperti dalam rumah-rumah Indis abad
kesembilan belas, lorong khusus sebelum masuk ke rumah utama sering
dihilangkan. Dalam hal ini fungsi lorong tadi digantikan dengan sebuah serambi
kecil di bagian depan. Ruang tamu besar yang lazim ada di rumah lama kini
menjadi ruang sirkulasi dalam yang berfungsi sebagai ruang keluarga, dengan
ruang makan di belangkang. Dapur, kamar mandi, dan kaskus sering ditempatkan di
luar rumah utama, biasanya satu kesatuan dengan garasi.
Sekitar
tahun 1930-an, penampilan perumahan
untuk kaum elit colonial ini tampaknya merajuk ke sebuah konsep arsitektur
universal yang dapat dijumpai di seluruh Indonesia. Sering berupa rumah tunggal
dengan atap genting, dinding berplaster pada lapisan bata tras, jendela dari
kayu jati, dan kadang-kadang terdiri atas dua lantai dengan sebuah garasi dan
sebuah paviliun. Selain rumah-rumah beratap genting ini, Gerakan Modern dalam
arsitektur pun muncul pada akhir tahuan 1920-an bercirikan atap rata berbentuk
kubus dan kadang-kadang menggunkaan menggunakan garis Art Deco. Rancangan rumah
yang terlihat megah ini sangat dipengaruhi oleh aliran-aliran modern Eropa dan
Amerika.
Sekitar
tahun 1930 perluasan kota telah menjadi menjadi sebuah proses yang
berkelanjutan dengan pembangunan rumah yang sering terjadi. Selama depresi
ekonomi dunia tahun 1930 aktivitas pembangunan seperti terhenti. Namun
pembangunan perumahan untuk kaum elit
colonial terus berkembang hingga masa akhir penjajahan oleh bangsa Belanda.
No comments:
Post a Comment