Arsitektur
Modern Awal yang Dipaksakan
Bagian ketiga dari
perkembangan arsitektur di Indonesia adalah arsitektur modern awal yang tertransplantasi tipologi Eropa. Asia
merupakan sebuah benua yang sangat besar dengan ekspresi arsitektur yang kaya
dan perpaduan yang mempesona antara budaya dan gaya hidup. Tempat berkembangnya
unsure-unsur kuno dan modern ditambah dengan unsure-unsur Asia itu sendiri dan
non-Asia yang telah bercampur selama berabad-abad. Wilayah yang paling
signifikan untuk membangun arsitektur dengan unsure-unsur perpaduan tersebut
adalah Indonesia. Sebab Indonesia memiliki lokasi dan keterbukaannya sebagai
sebuah Negara kepulauan dan juga telah lama menjadi tempat pertukaran dan
persilangan antara berbagai budaya dan peradaban.
Perubahan arsitektur
tersebut terwujud pada berbagai gaya dan bentuk arsitektur Indonesia dengan
keragaman dan percampuran yang luar biasa sepanjang sejarah Indonesia. Bersama
dengan itu, bentuk-bentuk dari arsitektur dan bentuk-bentuk tata kota secara
fisik maupun materi merupakan perwujudan dari sebuah kepercayaan, kondisi
sosial ekonomi dan politik, serta seni dan juga budaya.
Perkembangan
arsitektur modern awal: transplantasi tipologi Eropa
Arsitektur
modern awal dimulai pada tahun 1600 hingga 1800 M
yang ditandai dengan kedatangan bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda,
Spanyol, dan juga Inggris. Peningkatan hegenomi colonial dan dominasi bangsa
Eropa sesungguhnya diimbangi dengan pertumbuhan pesat peran orang China sebagai
perantara di sector-sektor perdagangan, jasa, dan juga manufaktur.
Pada awal tujuh belas, arsitektur modern awal yang terbentuk
dari tipologi Eropa da juga bahasa perencanaan ala Eropa yang memiliki empat
musim ditansplantasi langsung ke kawasan tropis seperti Indonesia.
Bangunan-bangunan yang memiliki tipologi ini antara lain adalah pos-pos
perdagangan, benteng militer, dan juga kota-kota yang dilindungi oleh benteng.
Alasan di balik perencanaan dan perancangan unsure-unsur arsiterktur seperti
ini adalah naluri bertahan hidup yang terpaksa menempatkan masalah keamanan
lebih tinggi dibandingkan dengan kenyamanan.
VOC memaksakan diri
memperkuat pijakan mereka pada kota-kota pelabuhan penting dengan membangun
benteng-benteng dekat pantai atau di muara dekat sungai. Perluasan VOC yang
berlanjut sampai akhir abad kesembilan belas mendorong transplatansi tipologi
bangunan yang tidak sesuai dengan iklim di wilayah Nusantara termasuk di
kawasan pedalaman yang mengundang banyak masalah kesehatan dan menyebabkan
hidup tidak terasa nyaman. Pada zaman arsitektur
modern awal ini tipologi bangunan empat musim ditransplatansi atau
diterapkan secara paksa di kawasan tropis yang memiliki temperature tinggi,
kelembaban tinggi, curah hujan tinggi, dan terpaan terik matahari jauh lebih
lama membuat banyak masyarakat menjadi sengsara.
Ciri bangunan dengan arsitektur modern awal adalah bagian
depan rata tampa beranda, jendela-jendela besar, dinding bata tebal, lebihan
atap pendek, dan bukaan yang sedikit untuk ventilasi yang tak mampu untuk
melindungi dari terpaan hujan tropis dan tanah becek.
No comments:
Post a Comment